Cara yang
paling mudah mengenali ciri-ciri berita hoax adalah dengan membaca secara
cermat dan menyeluruh pada setiap bangunan kata dan kalimat yang disusun.
Kemudian menandai kejanggalan – kejanggalan dengan pedoman berikut ini:
Berita
pertama kali didistribusikan melalui email, mailing list, forum, blog,
facebook, yang kemudian disebarluaskan via twitter.
Isinya
bertentangan dengan logika umum dan ilmu pengetahuan atau terdapat kontradiksi
dengan fakta yang sudah umum diketahui.
Menggunakan
istilah yang terkesan ilmiah, yang memanfaatkan ketidaktahuan/keawaman pembaca.
Bangunan
kalimat yang mendorong pembaca untuk menyebarluaskan pesan tersebut.
Sumber
berita tidak jelas identitasnya.
Tidak ada
link sumber untuk informasi yang dianggap penting. Penulis yang baik pasti
mencantumkan sumber ilmiah dalam tulisannya. Jika tidak dicantumkan sumber,
maka waspadalah terhadap keilmiahan artikel tersebut.
Setelah
berita tersebut ditandai pada bagian-bagian yang dianggap janggal, bila dirasa
hanya berdampak kecil atau sebagai hiburan saja, maka kita bisa menyetop
penyebarannya pada kita. Tidak perlu menyebarluaskannya.
Namun, bila
berita tersebut berdampak besar, membuat masyarakat resah, maka sikap kita
sebagai warga negara yang baik adalah membantu menciptakan suasana kondusif
kembali melalui upaya pembuktian kebenaran berita tersebut ke masyarakat.
Langkah-langkah mencari kebenaran informasi adalah sebagai berikut:
Pertama, informasi melalui apa pun,
sebaiknya ditanyakan kepada pihak yang mengetahui betul persoalannya. Kita bisa
menghubunginya langsung melalui akun sosial media miliknya, cari informasi
tentang akun twitter atau facebook pihak terkait yang berhubungan dengan isi
berita tersebut untuk mendapatkan konfirmasi lebih cepat. Menelepon langsung
juga bisa.
Kedua, bila tidak mempunyai akses
komunikasi dengan pihak terkait untuk langkah pertama, kita bisa langsung
searching via google di internet. Bandingkan berbagai informasi yang sama
terkait dengan berita yang diterima. Bisa jadi saat kita melakukan pencarian,
ternyata sudah ada link informasi atas klarifikasi berita tersebut. Sebagai
pertimbangan, pastikan berita yang kita investigasi tersebut telah dimuat pada
kantor-kantor berita besar, bukan blog pribadi atau forum bebas yang tidak
jelas kredibilitasnya.
Untuk
investigasi berita yang memuat gambar, Google juga menyediakan fitur Google
Image sebagai petunjuk darimana pertama kali gambar tersebut berasal.
Ketiga, periksa sumber. Sumber biasanya
dicantumkan di akhir tulisan. Penulis yang baik dan bertanggungjawab atas isi
tulisannya biasanya mencantumkan sumber tulisannya. Kecuali tulisan tersebut
hanyalah opini pribadi, bukan berita investigasi. Bangunlah korespondensi
dengan sumber tersebut bila ia memiliki akun sosial media.
Keempat, bila informasi tersebut berupa
artikel yang terkesan ilmiah dan masuk akal yang mengutip pendapat dari ilmuwan
ternama, maka pastikan kebenaran artikelnya melalui sumber-sumber primer dunia
ilmiah. Misalnya jurnal ilmiah/akademis yang diterbitkan institusi ilmiah
tertentu, artikel yang terdapat pada website resmi perguruan tinggi, dan
buku-buku teks akademis. Kita beruntung karena Google menyediakan fitur Google
Scholar dan Google Books untuk memudahkan pencarian jurnal atau buku ilmiah.
Kelima, mencoba mengetikkan kata kunci
artikel dalam bahasa Inggris. Beberapa artikel hoax kebanyakan bermula dari
luar negeri. Maka cobalah mengecek artikel yang Anda curigai hoax di
situs-situs luar negeri. Banyak berita hoax yang sudah dibuktikkan
ke-hoax-annya oleh situs luar negeri. Namun, oleh penyebar hoax lokal, hoax
tersebut diterjemahkan, diangkat lagi, bahkan dimodifikasi isinya seperti
perubahan nama pelaku dan tempat untuk konsumsi masyarakat Indonesia.
Ada dua
media asing yang paling bertanggung jawab dalam penyebaran hoax artikel-artikel
ilmiah di Indonesia, yaitu The Onion (http://www.theonion.com/) dan Weekly
World News (http://weeklyworldnews.com/). Bila sebuah informasi yang setelah
ditelusuri pangkalnya adalah berasal dari situs tersebut, maka patut diduga
hoax. Sekedar informasi, The Onion adalah website yang berisi berita-berita
parodi.
Yap,
demikianlah. Mari sama-sama menjadi orang yang tidak mudah tertipu oleh sebuah
berita. Mari bersikap kritis dan skeptis terhadap seluruh informasi yang
diterima, sekalipun informasi itu berasal dari sumber yang paling kredibel.
Sikap kritis dan skeptis akan membawa kita untuk selalu ingin tahu. Sifat
selalu ingin tahu akan membangkitkan semangat belajar sehingga pengetahuan juga
semakin bertambah.
Sekedar
mengingatkan kembali, konfirmasi dulu sebelum Anda retweet, forward, shared
atau broadcast! Jangan bangga menjadi terdepan mengabarkan berita sensasional
yang isinya belum tentu benar. Sebab, pesan berantai diinternet sulit sekali
pengendalian penyebarannya dan justru sangat membahayakan jika hanya merupakan
hoax. Andapun juga berpotensi dijerat pasal UU ITE.
Ada kabar
baik di dunia Twitter. Saat ini sedang dikembangkan sebuah alat bantu untuk
mendeteksi kebohongan kicauan atau tweet penggunanya yang bernama Pheme
[http://www.pheme.eu/]. Aplikasi ini akan langsung mendeteksi sumber berita
yang disebarkan lalu menganalisa percakapan terkait kicauan itu. Selain itu,
Pheme bisa mendeteksi aplikasi yang digunakan oleh si pengicau. Nantinya, Pheme
bisa mendeteksi tingkat emosional sebuah tulisan. Pheme juga bisa mendeteksi
rumor yang beredar di Twitter dan menjadi acuan jika kabar serupa kembali
beredar. Aplikasi yang menarik ini masih dalam tahap pengembangan dan
penyempurnaan. Kita doakan semoga segera diluncurkan.
0 komentar:
Posting Komentar