1.
SAMARINDA
Kota ini
dinamai Samarinda, bukan karena banyak gadis bernama Rinda, tapi berawal dari
kata “Sama Rendah”. Awal mulanya di kota ini banyak penduduk yang berasal dari
latar belakang yang sama, baik penduduk asli maupun pendatang. Kaum pendatang
didominasi orang-orang Bugis dari Sulawesi Selatan, yang bersama-sama orang
Wajo membangun pemukiman di sepanjang sungai Mahakam. Saat itu tempat tinggal
mereka masih berupa rumah rakit yang harus berdiri “Sama Rendah”. Lama kelamaan
“Sama Rendah” ini menjadi Samarinda.
2.
SALATIGA
Salah satu
legenda menceritakan bahwa asal usul kota “Salatiga” diinspirasi oleh 3 orang
perampok yang mencoba merampok Sunan Kalijaga yang tengah berada dalam
perjalanan. Versi lain menyebutkan kota ini dinamakan Salatiga karena ada tiga
orang yang telah berbuat salah yaitu Adipati Pandanarang, Nyai Pandanarang, dan
perampok.
3.
PONTIANAK
Kata
“Pontianak” adalah Bahasa Melayu untuk Kuntilanak. Disebut demikian karena
menurut mitos, sebuah rombongan yang dipimpin oleh Syarif Abdurrahman sering
diganggu oleh hantu kuntilanak ketika menyusuri Sungai Kapuas Bahkan Syarif terpaksa melepaskan tembakan
meriam untuk mengusir hantu kuntilanak tersebut.
4.
BANYUWANGI
Konon,
dahulu kala wilayah ujung timur Pulau Jawa ini dipimpin oleh seorang raja yang
bernama Prabu Sulahkromo. Ia tergila-gila pada Sri Tanjung, istri patihnya
sendiri, yang bernama Patih Sidopekso. Karena Sri Tanjung tetap menolak
cintanya, ia memfitnah Sri Tanjung dan mengatakan pada Sidopekso kalau dirinya
telah berbuat serong. Sidopekso murka lalu membunuh istrinya sendiri, lalu
membuang mayatnya ke sungai. Tak lama kemudian, dari sungai keluar wangi harum.
Banyu=air, wangi=harum. Sejak saat itulah daerah itu disebut sebagai
Banyuwangi.
5.
MALANG
Ada legenda
mengatakan Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi”
(dalam bahasa Jawa berarti Malang). Saat itu, Sunan Mataram yang ingin
meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah
Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat. Karena itu
Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu menghalang-halangi, membantah
atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula daerah tersebut bernama
Malang.
6.
BALIKPAPAN
Legenda
menyebut pada tahun 1739, Sultan Muhammad Idris dari Kerajaan Kutai,
memerintahkan kepada pemukim-pemukim di sepanjang Teluk Balikpapan untuk
menyumbang bahan bangunan guna pembangunan istana baru di Kutai lama. Sumbangan
tersebut berupa penyerahan sebanyak 1000 lembar papan yang diikat menjadi
sebuah rakit yang dibawa ke Kutai Lama melalui sepanjang pantai. Setibanya di
Kutai lama, ternyata ada 10 keping papan yang kurang (terlepas selama dalam
perjalanan) dan hasil dari pencarian menemukan bahwa 10 keping papan tersebut
terhanyut dan timbul disuatu tempat yang sekarang bernama “Jenebora”. Dari
peristiwa inilah nama Balikpapan itu diberikan (dalam istilah bahasa Kutai
“Baliklah – papan itu” atau papan yang kembali yang tidak mau ikut
disumbangkan). Ini versi yang dimuat di balikpapan.go.id.
6.
BANDUNG
Legenda
menyebutkan nama “Bandung” berasal dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari
dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan
oleh R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari sungai Citarum dalam mencari
tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di
Dayeuhkolot.
7.
PURWOKERTO:
Ketika
terjadi pemberontakan Cina yang sering discbut geger Pacinan, banyak pembesar
Kraton Kartasura lari meninggalkan kraton. Sebagian lari ke arah timur.
Sebagian lagi lari ke arah barat, mencari keselamatan masing-masing. Untuk
mencari tempat yang aman, para pengungsi sebagian lari terus ke arah barat.
Sekitar dua puluh lima orang telah sampai di daerah Banyumas. Keadaannya waktu
itu masih hutan rimba. Merasa sudah sampai daerah yang dianggap aman mereka
mulai membabat hutan. Tempat itu dijadikan pekarangan dan ladang serta
perkebunan. Di antara mereka yang dianggap mempunyai ngelmu bernama Kyai
Kartisara. Kyai Kartisara sangat disegani dan dihormati orang-orang di tempat
itu. Karena itu dia dianggap sebagai "sesepuh"nya. Lama-kelamaan
daerah pinggiran gunung Slamet bagian selatan yang tadinya hutan itu menjadi
suatu desa yang aman. Namun desa itu belum mempunyai nama. Karena itu Kyai
Kartisara mengusulkan agar desa itu diberi nama Purwakerta. Purwa artinya awal
mula; Kerta artinya aman atau damai. Jadi Purwakerta artinya awal mula yang
damai
.
Sumber : kaskus
0 komentar:
Posting Komentar