USIA EMAS Bagian 1
kali ini
kita akan coba membahas Istilah golden age (masa emas), atau fase tumbuh
kembang otak anak digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa
tersebut. Pada masa emas, otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling
kritis. Hasil sebuah penelitian mengatakan bahwa sekitar 50% kapabilitas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada usia 4 tahun, 80% telah terjadi pada
usia 8 tahun, dan mencapai titik tertinggi pada usia 18 tahun (Direktorat PAUD,
2004). Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses
tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal
dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis,
fisik, psikologis, dan sosial.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak pada Masa “Golden Age Period”
pertumbuhan dan perkembangan mengalami
peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini
sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang
sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar
sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu,
penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisasi
disfungsi tumbuh kembang anak sehingga mencegah terjadinya disfungsi permanen.
Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi
pemantauan dari aspek fisik, psikologi, dan sosial. Sedini mungkin pemantauan
dapat dilakukan oleh kita para orang tua. Istilah tumbuh kembang terdiri atas
dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk
dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan
dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel,
organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur
dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut
adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Proses perkembangan terjadi secara simultan
dengan pertumbuhan, sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan
fungsi. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa
aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa.
Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya.
Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Otak Anak
Pertumbuhan otak pada usia dini sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Sesudah lahir, kegiatan otak dipengaruhi dan
tergantung pada kegiatan sel syaraf dan cabang-cabangnya dalam membentuk
sambungan antar sel syaraf. Melalui persaingan alami, sambungan yang tidak atau
jarang digunakan akan mengalami kematian. Pemantapan sambungan terjadi apabila
sel syaraf mendapat informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik
hingga membentuk sambungan-sambungan sel syaraf baru. Kualitas kemampuan otak
dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang
membentuk unit-unit.
Stimulasi yang diberikan sejak dini akan
mempengaruhi perkembangan otak. Otak akan semakin berkembang apabila stimulasi
yang diberikan semakin banyak. Anak perlu mendapat lingkungan yang merangsang
pertumbuhan otak dan selalu mendapatkan stimulasi psikososial. Stimulasi sosial
secara mudah daapt diberikan dengan cara sentuhan dan mengajak anak bermain.
Apabila hal tersebut tidak diperoleh anak, maka anak dapat mengalami berbagai
penyimpangan perilaku. Contoh penyimpangan perilaku adalah hilangnya citra
diri, rendah diri, penakut, tidak mandiri atau sebaliknya anak menjadi agresif
dan tidak mempunyai rasa malu.
Stimulasi
Pertumbuhan dan Perkembangan Otak Anak
Stimulasi sangat membantu dalam menstimulasi
otak untuk menghasilkan hormon-hormon yang diperlukan dalam perkembangannya.
Stimulasi dapat diberikan dalam berbagai bentuk yang sederhana dan mudah untuk
dilakukan.
Stimulasi tersebut dapat berupa kehangatan dan
cinta tulus yang diberikan orang tua. Selain itu, orang tua dapat memberikan
pengalaman langsung dengan menggunakan panca inderanya (penglihatan,
pendengaran, perasa, peraba, dan penciuman). Interaksi anak dan orang tua
melalui sentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian, dan mendengarkan dengan penuh
perhatian juga merupakan bentuk stimulasi secara dini. Ketika anak yang belum
dapat berbicara mengoceh, ocehan itu perlu mendapatkan tanggapan sebagai bentuk
stimulasi kemampuan bicara anak. Sejak dini orang tua semestinya mengajak
bercakap-cakap dengan suara lembut dan memberikan rasa aman kepada anak.
Ketika dilahirkan, otak anak sudah mempunyai
sel syaraf yang bermilyaran jumlahnya, namun jumlah itu banyak yang hilang
seteah dilahirkan. Ketika otak mendapatkan suatu stimulus yang baru, maka otak
akan mempelajari sesuatu yang baru. Stimulus tersebut akan menyebabkan sel
syaraf membentuk sebuah koneksi baru untuk menyimpan informasi. Sel-sel yang
terpakai untuk menyimpan informasi akan mengembang, sedangkan yang jarang atau
tidak terpakai akan musnah. Di sinilah pentingnya suatu stimulasi yang rutin
diberikan. Stimulasi yang terus-menerus diberikan secara rutin akan memperkuat
hubungan antarsyaraf yang telah terbentuk sehingga secara otomatis fungsi otak
akan menjadi semakin baik.
"Berbicara mengenai peran orangtua,
memang multifungsi, tidak ada sekolah atau universitas untuk orangtua. Karena
itu, sebaiknya orangtua harus sadar bahwa mereka harus proaktif, kritis
menggali kemampuan. Smart Parents itu Smart Kids, semakin cerdas orangtua maka
semakin bisa mempraktikkan kepada anaknya. Orangtua yang cerdas, anak juga
cerdas.
Stimulasi yang diberikan sejak dini juga akan
mempengaruhi perkembangan otak anak. Stimulasi dini yang dimulai sejak dini
sampai anak usia 2-3 tahun akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam ukuran
serta fungsi kimiawi otak. Berikut ini beberapa tentang stimulasi dini pada
balita:
1.Dalam memberikan stimulasi dini metode yang dapat
dipakai meliputi dengar, lihat, dan tiru/coba
2.Bagian yang distimulasi adalah otak kanan-kiri,
sensorik, motorik, kognitif, komunikasi- bahasa, sosio-emosional, kemandirian,
dan kreativitas
3.Cara melakukan stimulasi adalah dengan memberikan
rangsangan berupa suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca,
mencocokkan, membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret,
menggambar, merangkai, dll.
4.Waktu melakukan stimulasi adalah setiap kali orang tua
berinteraksi dengan anak (menyusui, menidurkan, memandikan, ganti baju,
bermain, nonton TV, dsb).
USIA EMAS Bagian 2
Para
akademisi dan ahli psikologi sepakat bahwa masa pertumbuhan anak usia 0-5 tahun
sering disebut dengan masa emas (golden age). Karena masa ini merupakan masa
gemilang yang mencakup ruang intelektual, emosi, spiritual, dan motorik anak.
Dan perkembanhan intelegensi anak mencapai 50% berlangsung pada usia 1-4 tahun,
dan mencapai 80% pada usia 8 tahun hingga mencapai 100% terjadi pada usia 18
tahun.
Anak yang
dilahirkan masih polos sehingga dapat diibaratkan seperti kertas yang masih
putih bersih, dan masih sangat mudah untuk menerima dan merekam pengaruh dari
lingkungan di luar dirinya. Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan di mana
anak tersebut tinggal akan sangat mempengaruhi perkembangan anak tersebut.
Sehingga golden age merupakan masa di mana anak perlu mendapakan stimulasi
untuk membentuk dasar atau pondasi bagi perkembangan dan pembentukan struktur
otak yang paling pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan daya serap anak
yang sangat cepat dan baik terhadap setiap rangsangan yang diterima, anak
dengan mudah merekamnya.
Fase golden
age ini merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan otak anak yang paling
penting. Pada masa ini, otak mengalami proses tumbuh kembang yang cepat dan
kritis. Kebutuhan nutrisi juga sangat diperlukan untuk memaksimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia ini. Karena gizi dan stimulus atau
rangsangan adalah hal terpenting dalam perkembangan otak anak. Untuk itu hal
pertama yang perlu untuk dilakukan adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi anak.
Pemberian stimulus, baik stimulus yang bersifat motorik maupun psikis. Sehingga
diperlukan suatu pola asuh yang tepat untuk membentuk pola pikir, emosi dan
kepribadian anak seperti menjadi orang tua yang dapat dijadikan teladan bagi
anak, memberikan pendampingan pada anak saat menyaksikan tayangan televise, dan
memberikan fasilitas belajar atau bacaan yang mendidik, agar anak-anak dapat
tumbuh sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan proses alami yang terjadi dalam kehidupan manusia,
yang dimulai sejak dalam kandungan sampai akhir hayat. Usia lahir sampai
memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam
tahap kehidupan, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak akan
mengalami berbagai perkembangan yang terjadi di dalam hidupnya.
Anak akan
mengalami perkembangan fisik, perkembangan fisik anak secara langsung akan
menentukan ketrampilan anak dalam bergerak, sementara secara tidak langsung,
perkembangan fisik anak akan mempengaruhi pandangan anak terhadap dirinya
sendiri dan terhadap orang lain. Perkembangan motorik anak mencakup motorik
kasar (gross motor skills) dan motorik halus (fine motor skills). Perkembangan
motorik kasar diperlukan untuk ketrampilan menggerakkan dan menyeimbangkan
tubuh seperti melompat, meloncat dan berlari. Sementara perkembangan motorik
halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih
spesifik dan membutuhkan ketrampilan, seperti menulis, melipat, merangkai,
menggunting, mengancing baju.
Kognitif
anak juga mulai berkembang, perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana
pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga dapat berfikir. Setiap anak
memiliki pola perkembangan kognitif yang sama. Perkembangan kognitif ini
meliputi empat tahapan. Pertama, tahap sensori motorik pada usia 0-2 tahun, di
mana intelegensi anak baru tampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi
stimuli sensorik. Kedua, tahap pra operasional pada usia 2-7 tahun, yang
dimulai denngan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolik, imitasi
serta bayangan dalam mental dan bersifat egosentris. Ketiga, tahap konkret
operasional pada usia 7-11 tahun, cara berfikir anak kurang egosentris, aspek
dinamis dalam perubahan situasi sudah diperhatikan, analisis logis dalam
situasi konkret. Keempat, tahap formal operasional pada usia 11 tahun ke atas,
yang ditandai oleh berfikir operasional formal dan mempunyai dua sifat penting,
yaitu deduktif hipotesis dan kombinatoris. Adapun kemampuan kognitif yang dapat
dikuasai anak usia 3-4 tahun meliputi kemampuan berpikir logis, kritis, memberi
alasan, belajar memecahkan masalahnya sendiri, dan menemukah hubungan sebab
akibat.
Perkembangan
selanjutnya adalah perkembangan bahasa, kebanyakan anak memulai perkembangan
bahasanya dengan menangis untuk mengekspresikan reaksinya terhadap
bermacam-macam stimulus. Setelah itu anak mulai belajar kalimat dengan satu
kata seperti mama, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan kognitif anak,
maka perkembangan bahasapun berperan sebagai ungakapan pikiran anak.
Perkembangan
moral dan nilai-nilai agama adalah perkembangan selanjutnya. Berkaitan dengan
perkembangan moral, terutama anak usia 2-8 tahun, penalaran moral masih
dikendalikan oleh factor-faktor yang berpengaruh di luar diri anak, seperti
adanya pemberian hadiah dan sangsi yang diterima oleh sang anak (reward and
punishment). Anak-anak masih mudah untuk dibentuk, ia akan menurut apabila kita
perintahkan sesuatu, apa yang dianggap benar oleh anak adalah apa yang
dirasakannya benar dan dapat menghasilkan hadiah. Untuk anak usia 9-13 tahun,
anak akan mentaati standar-standar tertentu, seperti menghargai kebenaran,
kepedulian dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan moral,
tetapi mereka tidak mentaati standar-standar orang lain seperti orang tua, atau
aturan-aturan masyarakat. Pada usia 13 tahun, ke atas, anak mengenal
tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan dan kemudian
memutuskan kode moral pribadi. Pada masa ini diharapkan anak sudah dapat
membentuk keyakinan sendiri, dapat menerima bahwa orang lain mempunyai
keyakinan yang berbeda dengannya dan ia tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain.
0 komentar:
Posting Komentar