5.
Los Angeles, Amerika Serikat: +300 Bahasa
Walaupun
statusnya sebagai salah satu kota paling maju di dunia namun Los Angeles di
Negara Bagian California, Amerika Serikat masih memiliki banyak bahasa daerah.
Ada sekitar 300 bahasa berbeda yang diucapkan oleh warga yang tinggal di sana.
Umumnya
bahasa-bahasa yang berbeda-beda ini dibawa oleh pendatang dari Spanyol, Korea,
Filipina hingga China. Para imigran dan pencari kerja inilah yang memiliki
andil besar dalam memperkaya bahasa di Los Angeles. Menurut warga yang juga
tinggal di kota ini, sangat wajar jika melihat orang-orang mengucapkan dua
hingga tiga bahasa berbeda di Los Angeles.
4.
Delhi, India: +400 Bahasa
Delhi
dikenal sebagai salah satu kota di dunia yang begitu sibuk dan padat. Atas
dasar itu pula kota ini menjadi tujuan utama warga India yang berada di pelosok
untuk datang dan menetap di sana guna memenuhi kebutuhan hidup. Di dalam kota
ini tercatat ada 400 bahasa yang berasal dari seluruh India.
Kebanyakan
warga yang tinggal di sana juga bisa menggunakan bahasa Inggris namun bahasa
Hindi tetap menjadi yang paling utama dan banyak dituturkan. Bahasa lain yang
bisa ditemukan di Delhi antara lain bahasa Urdu dan Punjabi. Namun bagi
pendatang yang berkunjung ke sana lebih baik untuk sedikit belajar bahasa Hindi
sebab meski banyak orang yang bisa berbahasa Inggris, untuk keperluan menawar
barang dan negosiasi transportasi perlu menggunakan bahasa lokal.
3.
Lagos, Nigeria: +500 Bahasa
Tidak harus
menjadi ibukota negara bagi sebuah kota untuk menjadi tujuan merantau dan
mengadu nasib. Seperti Kota Logos misalnya, kota di Nigeria ini bukanlah
ibukota tapi banyak warga yang datang untuk mengadu nasib karena kota tersebut
merupakan salah satu kota tersibuk di sana.
Para pemuda
dari seluruh penjuru negeri datang dengan harapan bisa memperbaiki kehidupan
mereka. Hasilnya lebih dari 500 bahasa bisa ditemukan di dalam kota Lagos.
Bahasa ini berasal dari suku-suku berbeda yang tersebar seluruh Nigeria.
Setidaknya
mereka yang tinggal di kota Lagos mampu menguasai minimal dua bahasa selain
bahasa daerah mereka juga memakai bahasa Inggris sebagai bahasa resmi.
Selain
bahasa Inggris, bahasa lain yang banyak digunakan di Lagos adalah bahasa Hausa,
Yoruba, dan Igbo. Namun meski mereka memiliki bahasa yang berbeda-beda namun
penduduk Nigeria apapun etnisnya tetap ramah dengan pendatang. So, kamu tidak
perlu khawatir soal bahasa jika berkunjung ke sana.
2.
Jakarta, Indonesia: + 700 Bahasa
Boleh
dikatakan pendatang di Jakarta jumlahnya bisa dua kali lipat dibanding penduduk
asli. Hal tersebut bisa dilihat pada momen-momen hari besar keagamaan yang mana
sebagian besar pendatang pulang kampung dan menyisakan sudut-sudut kota yang lengang.
Pada hari
biasa masyarakat yang berasal dari berbagai etnis di Indonesia berkumpul
menjadi satu dengan tujuan yang sama yaitu mencari nafkah dan kehidupan yang
lebih baik.
Jakarta
diibaratkan seperti gula yang mengundang banyak semut untuk datang. Dengan
iming-iming meraih kesuksesan setiap orang datang mengadu nasib ke ibukota
meski tak sedikit yang pulang dengan tangan kosong.
Fenomena
seperti ini juga turut andil dalam terjadinya sebuah akulturasi budaya. Menurut
situs Ethnologue di ibukota Indonesia ini terdapat 700 bahasa berbeda yang
diucapkan.
Memang
sebagian besar warga yang datang ke Jakarta menggunakan bahasa Indonesia namun
tidak jarang pula yang masih menggunakan bahasa daerahnya.
Warga yang
berasal dari berbagai etnis di Indonesia ini kemudian saling berinteraksi dan
terjadilah percampuran budaya atau akulturasi budaya.
1.
Port Moresby, Papua Nugini: +800 Bahasa
Port
Moresby memiliki kasus yang serupa dengan Jakarta. Statusnya sebagai ibukota
negara membuatnya menjadi magnet bagi warga dari pelosok untuk datang dan
mengadu nasib.
Oleh
karenanya di dalam kota tersebut dicatat oleh Ethnologue memiliki 800 bahasa
yang berbeda. Dengan banyaknya variasi bahasa tersebut menjadikan kota ini
begitu kaya akan percampuran bahasa.
Setiap
daerah di Papua Nugini juga memiliki bahasanya masing-masing dan bahasa ini
masih aktif digunakan oleh warga untuk berkomunikasi dengan sesama teman
sedaerahnya.
Apa yang
terjadi di Port Moresby ini sangat mirip dengan Jakarta, bedanya kota ini masih
terbilang kesulitan dalam bidang ekonomi. Namun nyatanya tidak menyurutkan
warga dari seluruh pelosok Papua Nugini untuk datang ke sana.
Sumber : Kaskus
0 komentar:
Posting Komentar